Mengapa perjalanan itu tidak panjang lagi....



Ternyata kebaikan amat sukar untuk dilakukan.Lebih merisaukan lagi jika sifat futur telah menyerang segala amal yang sebelum ini sering dilakukan.

Untuk mencegah sifat futur ini seharusnya seorang hamba perlu mengetahui mengapa mereka perlu beramal dan apakah kebaikan disebalik amalan tersebut.Ini kerana apabila seorang hamba jahil kepada janji-janji Allah maka amal-amal yang dilakukan itu akan berasa bosan dan tidak lebih untuk mendapatkan pujian dari manusia.

Perkongsian kali ini dengan izin Allah mampu memberi gambaran bagaimana amal yang kita kerjakan selama ini begitu penting dalam menghadapi kehidupan sebenar tidak lama lagi.Semoga kisah ini bejaya membuat kita semangat dan ikhlas dalam beramal.

Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal
menerima musibah itu.

Kemudian Rasulullah berkata,” Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?”

Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal” “Apa yang di katakannya?” “saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya
sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong. "

“Bagaimana bunyinya?” desak Rasulullah.

Istri yang setia itu menjawab, “suami saya mengatakan “Andaikata lebih panjang lagi….andaikata yang masih baru…. andaikata semuanya….” hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?”

Rasulullah tersenyum.”sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,”ujarnya.

Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum’at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun.

Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata “andaikan lebih panjang lagi”. Maksud suamimu, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar lagi.

Ucapan lainnya ya Rasulullah?”tanya sang istri mulai tertarik.

Nabi menjawab,”adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan.

Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya.Maka ia membuka mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya.

Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, “Cuba andaikan yang masih yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi”.Itulah yang dikatakan suamimu
selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rasulullah?” tanya sang istri makin ingin tahu.

Dengan sabar Nabi menjelaskan,”ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba- tiba seorang musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan.

Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu.Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ‘ kalau aku tahu begini hasilnya,
musyafir itu tidak hanya kuberi separuh. Sebab andaikata semuanya
kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda.

2 comments:

Sayang Allah said...

semoga dengan kisah ini dapat melembutkan hati dan menambahkan semangat dalam beramal.

Tidak kira waktu senang atau susah,kita akan terus beramal tidak mengira kondisi apa pun.

Dalam hadis mengatakan semakin besar ujian dan cubaan semakin besar ganjaran pahalanya.

Jadi dalam keadaan sukar sepatutnya makin kuat utk kita beramal.Tetapi setiap amal yang dilakukan adalah pintu masuk untuk mencapai redha Allah SWT,bukan pahala semata-mata.


dr.illy said...

Salam..nak berkongsi pandangan.
Manusia selalu takut,bimbang dan risau dengan apa yang kita miliki.sebagai contoh,kita cuma punya 1ooorupiah saja dalam poket.Kita dalam perjalanan pulang.Kita simpan 1000rupiah itu untuk membayar tambang angkut.Di luar hari kelihatan mendung tanda hujan akan turun.Sedang berjalan kita lihat seorang tua uzur meminta sedekah.Kita tak beri kerana kita takut kita tak punya duit untuk pulang.Sedangkan mungkin sahaja Allah punya rencana yang lebih baik untuk kita selepas itu.Mungkin kita ditumpangkan rakan di rumah mereka sebentar,mungkin kita dihantar rakan yang punya motosikal atau sebagainya.
Secara tak langsung ini menunjukkan kurangnya kebergantungan kita pada Allah s.w.t..

Ya Allah ampuni kami atas kelalaian kami.Semoga kita terus istiqamah dalam beramal.Semoga kata2ku bukan sekadar kata2.Saling mengingati antara manusia.Wallahualam..


Post a Comment

 
Related Posts with Thumbnails
© 2009 - menuju perubahan | Free Blogger Template designed by Choen

Home | Top